Jurnal Refleksi Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik

Oleh : MHD.IHSAN,S.Pd., Gr.
CGP Angkatan 9 Kota Batam
Saya Mhd.Ihsan CGP Angkatan 9 Kota Batam. Saya akan menceritakan tentang hasil refleksi saya mengenai modul 2.3 “Coaching untuk Supervisi Akademik” yang sudah saya pelajari. Saya merefleksikan modul ini dengan menggunakan modul refleksi 4F. Kegiatan refleksi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman dan penerpan saya dari modul 2.3 ini.
1. Fact (Peristiwa)
Kegiatan Modul 2.3 diawali dengan berselancar di LMS yaitu dimulai dari diri. Alur mulai dari diri diawali dengan menjawab lima pertanyaan reflektif mengenai kegiatan observasi atau supervisi yang pernah dilaksanakan. Kemudian, saya menjawab dua pertanyaan mengenai harapan saya tentang modul 2.3 ini. Tahapan selanjutnya yaitu kegiatan eksplorasi konsep. Tahapan eksplorasi konsep ini, merupakan tahapan dimana saya mengeksplor sendiri materi-materi mengenai coaching. Ada empat bagian pada eksplorasi konsep ini, dimana disetiap bagiannya terdapat beberapa kotak serta bebeapa video yang saya pelajari. Pada bagian terakhir eksplorasi konsep, saya berdiskusi bersama rekan CGP lainnya untuk memberikan pernyataan mengenai keterkaitan keterampilan coaching dengan supervisi akademik. Tahapan selanjutnya adalah ruang kolaborasi. Pada ruang kolaborasi yang pertama bersama fasilitator saya mendapatkan pemahaman mengenai coaching ini, setelah itu saya dibagi kelompok dan melakukan latihan coaching bersama kelompok. Kegiatan ruang kolaborasi selanjutnya saya bersama rekan CGP saya melakukan simulasi coaching secara bergantian melalui Gmeet. Setelah kegiatan ruang kolaborasi, saya memasuki tahapan demonstrasi kontekstual. Pada tahapan ini, saya bersama 2 rekan CGP lainnya melakukan simulasi coaching secara langsung. Pada kegiatan ini, saya bersama rekan saya bergantian peran menjadi coach, coachee, dan observer. Kegiatan selanjutnya yaitu elaborasi pemahaman bersama instruktur. Pada kegiatan ini saya mendapatkan banyak pengetahuan, pemahaman mengenai coaching. Selanjutnya tahap koneksi antar materi. Pada kegiatan ini saya membuat koneksi materi mengenai modul yang dipelajari dengan pengalaman serta materi lainnya. Tahapan terakhir adalah aksi nyata. Kegiatan aksi nyata rencananya saya akan melaksanakan kegiatan coaching bersama salah satu rekan guru di sekolah.
2. Feeling (Perasaan)
Setelah mempelajari modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervisi Akademik, saya semakin memahami bagaimana teknik dalam melakukan Coaching yang baik dalam kegiatan supervisi di sekolah, baik antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan murid, atau dengan warga sekolah lainnya. Mulai dari awal pembelajaran materi tentang Coaching untuk supervisi akademik ini, sampai pada kegiatan ruang kolaborasi, saya merasa mendapatkan pembelajaran yang sangat bermanfaat, khususnya dalam pengembangan pola pikir, pengelolaan emosi dan bagaimana membangun komunikasi yang baik, serta memiliki paradigma berpikir Among dan keterampilan Coaching dalam rangka pengembangan diri dan rekan sejawat. Dalam kegiatan Coaching, coach dan coachee sama-sama mendapatkan pembelajaran, yang bisa dijadikan sebagai refleksi diri dan melakukan introspeksi atas semua hal yang selama ini telah dan yang akan dilakukan, baik dalam proses pembelajaran, ataupun masalah dan kegiatan lainnya.
3. Findings (Pembelajaran)
Modul 2.3 memberikan banyak pembelajaran baru tentang Coaching untuk Supervisi Akademik. Dalam pembelajaran ini saya menjadi paham dan semakin tercerahkan, tentang bagaimana konsep Coaching dan perbedaan konsep antara coach dengan mentor, fasilitator, dan konselor. Salah satu teknik percakapan coaching yaitu menggunakan alur TIRTA yakni akronim dari Tujuan Utama/T, Identifikasi Masalah/I, Rencana Aksi/R, Tanggung Jawab/TA. Kegiatan Coaching ini sangat menarik bagi saya, untuk terus melakukan pembenahan dalam membantu rekan sejawat, dan khususnya membantu murid dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Masalah-masalah di sekolah terkait dengan pengembangan diri dalam rangka mewujudkan murid yang memiliki kematangan diri, dan menjadi pribadi yang siap, dan mampu mengelola dirinya sendiri untuk menghadapi berbagai tantangan dan berbagai masalah yang ada. Coaching dalam konteks pendidikan memiliki peran: (1) Coaching sebagai salah satu proses untuk menuntun belajar murid mencapai kekuatan kodratnya, (2) Coach memberikan tuntunan melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif agar kekuatan kodrat terpancar melalui dirinya, (3) Coach memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan kenyamanan bagi coachee melalui keterampilan berkomunikasi dengan baik sehingga bisa menumbuhkan rasa empati, saling menyayangi, menghormati dan menghargai antara guru dan murid.
4. Future (Penerapan)
Penerapan di masa mendatang, sebagai pemimpin pembelajaran saya akan melaksanakan kegiatan coaching di kelas kepada murid saya untuk memaksimalkan dan mengembangkan potensi yang ada pada diri murid saya. Saya akan melaksanakan diseminasi kepada kepala sekolah dan rekan guru mengenai coaching ini untuk merubah kegiatan supervisi akademik dengan paradigma coaching. Ketika nanti saya menjadi kepala sekolah saya akan menerapkan supervisi akademik dengan menggunakan pendekatan coaching. Saya akan merubah paradigma supervisi akademik yang tadinya hanya sebagai kegiatan menilai menjadi kegiatan coaching dengan memperhatikan prinsip coaching serta menggunakan keterampilan coaching.
Salam Guru Penggerak !!!
Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan